Minggu, 15 Februari 2015

سبعة عشر

Sepertinya memori masa lalu mengusikku. Entah kenapa, aku ingin menulis ini.
Lama tak berbagi kabar, lama tak saling menyapa.
Bagaimana kabarmu, masa laluku ? Baik-baik saja kah ? Ku harap begitu, semoga senyum yang kau bagi kemarin adalah jawaban bahwa kau baik-baik saja.
Sometimes I feel, it's like a dream hahaha. Without you, yeah.
Tapi aku bersyukur atas ini, atas semuanya. 
Semenjak tak ada kita, aku tak lagi berteman pada risau, juga pada gelisah yang menyiksa batin, aku tak lagi perlu mencari-cari bayangmu, karena ku tahu, langit malam benar-benar telah menenggelamkannya.
Semenjak saat itu, aku merasa telah menemukan diriku yang hilang, menemukan senyum yang sempat sirna, menemukan tawa yang pernah tersembunyi di balik sendunya air mata.
Aku benar-benar telah sampai pada titik kesimpulan, bahwa ikhlas adalah obat atas kehilangan.


Masa Lalumu,

Manusia PD yang kau sebut makhluk aneh

Jumat, 06 Februari 2015

Renungkan


Cerita ini saya kutip dari salah satu akun instagram yang saya follow, id-nya @tausiyahku_.
Semoga kisah ini bermanfaat. 😊

JELANG SIANG

Mendekatlah kawan. Aku ingin berbagi kisah. Mungkin kau pernah mendengarnya.

Karena kisah ini selalu berulang dengan aktor yang berbeda. Ini tentang seorang anak manusia yang sangat jarang atau bahkan tak pernah ke masjid. Suatu hari dia memasuki sebuah masjid, orang-orangpun mengikutinya dari belakang. Sesampainya di masjid, dia mengambil posisi paling depan. Posisinya bahkan lebih maju dari posisi sang imam.

Rupanya ia datang bukan untuk bertaubat, tapi sebagai jenazah yang terlambat mengerti arti hidup yang sesungguhnya.

Semoga kita bukan aktor selanjutnya dari kisah itu.

Selagi ada waktu sambutlah hidayah itu. Lakukanlah yang terbaik, sembari berharap agar semua berakhir indah.

Karena cara matimu kamu yg menentukan Mau husnul khotimah (baik) perbanyaklah ibadah.Mau su'ul khotimah (buruk) perbanyaklah dosa.
Bergegaslah..
Karena ajal datang tak menunggu taubatmu.


Senin, 02 Februari 2015

Biarkan Saja Judulnya Seperti Ini


Ku syukuri hadirmu. Meski tangis yang kau hadiahkan di akhir kisah, aku akan tetap mengingatmu sebagai pelajaran berharga.
Selalu ada hikmah di balik suatu kejadian, dan mungkin inilah hikmah atas kepergianmu.
Mungkin inilah cara Tuhan mengingatkanku yang telah lama lupa pada-Nya, mungkin ini adalah cara Tuhan menengurku yang telah lalai dengan kewajibanku. Mungkin Tuhan rindu rintihanku menyebut nama-Nya.
Ku syukuri hadirmu. Jika kau tak pernah ada, aku takkan pernah mendapat pelajaran ini. 
Ku syukuri hadirmu. Meski tulusku kau balas dusta.
Masa laluku, telah ku puisikan namamu di bait-bait tulisanku sebagai kisah manis yang telah berlalu.
Masa laluku, ku syukuri hadirmu, meski kau hanya bak pelangi.
Masa laluku, ku ikhlaskan pergimu.

Ku harap aku

Hebat sekali orang-orang yang memilih berdamai Tidak memaksa namun terus mengusahakan pelan-pelan Jika butuh menangis, dia menangis Jika but...